Apakah tidak mengikuti Imam/Ulama besar karena tidak sesuai Sunnah itu dianggap sebagai mencela Ulama tersebut karena menganggapnya telah berdosa? Apakah mengikuti Sunnah yang menyelishi
Manhaj
Umat yang Mulanya Asing kemudian Menjadi Asing di atas Kebenaran Hingga kelak Menghancurkan Dajjal dan Para Pengikutnya
Nabi Muhammad –Shallallahu ‘alaihi wasallam- telah bersabda: إِنَّ الْإِسْلَامَ بَدَأَ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ غَرِيبًا كَمَا بَدَأَ فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ “Sesungguhnya Islam dimulai dengan keterasingan dan akan
Para Pengikut Salafush Shalih adalah Para Penghancur Kaum Yahudi Kelak
Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda: تقاتلون اليهود حتى يختبى أحدهم وراء الحجر فيقول: يا عبد الله، هذا يهودي ورائي فاقتله “Kalian akan memerangi
Para Pengikut Salaf yang Akan Menegakkan Kejayaan Khilafah Nubuwwah
Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam-mengabarkan bahwasann umat Islam akan pasti melalui beberapa keadaan zaman yang berbeda-beda, namun pada akhirnya kemenangan –dengan izin Allah- digenggam
Kritikan Kepada Uas/Ustadz Abdul Somad Tentang Aqidah Imam Asy-Syafi’i Dalam Masalah Al-Uluw (Ketinggian Allah) Dan Penukilan Ijma Bahwa Allah Tidak Dimana-Mana
Ustadz Dika Wahyudi -hafizhahullah- telah menulis suatu sanggahan yang sangat bagus dan ilmiah terhadap salah seorang Da’i terkenal di Indonesia saat ini, sanggahan beliau
Para Imam Ahlus Sunnah Tidak Asal Mengkafirkan Ketika Masih Ada Udzur Kebodohan
Pemahaman bahwa; AL-QURAN ADALAH MAKHLUK, merupakan KEKUFURAN BERDASARKAN IJMA’ PARA ULAMA. Namun, dahulu Imam Malik, Imam Ahmad, dan Imam Syafi’iy –rahimahumullah- TIDAK MENGKAFIRKAN INDIVIDU