Wanita Haid atau Nifas Membaca Al Quran Menurut Istidlal Syaikhul Islam

Apakah Wanita Haid atau Nifas boleh membaca Al Quran?

Pertanyaan di Grup WA Info kajian Muslimah Bandung.

===============

Jawaban:

Alhamdulillah,

Mengenai hukum membaca Al Quran ketika haidh maka ini termasuk masalah ijtihadiah di mana berbedaaan pendapat di kalangan para ulama besar. Namun, berikut ini kami nukilkan pendapat yang kuat tentang bolehnya wanita hadi membaca Al Quran sebagaimana yang dijelaskan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah –rahimahullah-:

أنَّ النِّساءَ كنَّ يحِضنَ على عَهدِ رَسولِ الله صلَّى اللهُ عليه وسلَّم، ولم يكُنْ ينهاهنَّ عن قراءةِ القُرآنِ، ولو كانت الحائِضُ ممنوعةً منه لجاءَت الأحاديثُ الصَّحيحةُ الصريحةُ بمَنعِها، كما جاءت في مَنعِها من الصَّلاةِ والصِّيام؛ فلمَّا كانت الأحاديثُ الواردةُ لا تقوم بها حُجَّة، عُلِمَ أنَّ الشَّرعَ لم يَمنَعْها من ذلك . (مجموع الفتاوى، لابن تيمية [21/460

 “Sungguh para wanita dahulu pun di masa Rasulullah mengalami hadi, namun beliau tidak melarang mereka dari membaca Al Quran, seandainya wanita hadi itu dilarang maka akan ada hadits-hadits shahih yang jelas maknanya (sharih) yang menjelaskan larangan tersebut sebagaimana telah ada hdits-hadits larangan shalat dan saum bagi wanita haid. Oleh karena itu, tatkala tidak ada hadits yang bisa dijadikan hujjah dalam hal ini maka dapat diketahui bahwasannya Syariat tidak melarang wanita haid membaca Al Quran.” (Majmul Fataawaa, 21/460).

Akan tetapi, bagi orang yang Junub maka tetap harus bersuci dahulu sebelum membaca Al Quran karena orang Junub bisa menghilangkan hadatsnya lansung dengan mandi besar (thaharah).

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah –rahimahullah- menjelaskan bahwa:

وأما الجنب فلم يأمره أن يشهد العيد، ولا يصلي، ولا أن يقضي شيئا من المناسك؛ لأن الجنب يمكنه أن يتطهر، فلا عذر له في ترك الطهارة، بخلاف الحائض فإن حدثها قائم لا يمكنها مع ذلك التطهر، ولهذا ذكر العلماء ليس للجنب أن يقف بعرفة ومزدلفة ومنى حتى يطهر، وإن كانت الطهارة ليست شرطا في ذلك، لكن المقصود أن الشارع أمر الحائض أمر إيجاب أو استحباب بذكر الله ودعائه مع كراهة ذلك للجنب، فعلم أن الحائض يرخص لها فيما لا يرخص للجنب فيه لأجل العذر، وإن كانت عدتها أغلظ، فكذلك قراءة القرآن لم ينهها الشارع عن ذلك

“Adapun orang yang junub, ia tidak diperintahkan untuk (menghadiri) menyaksikan pelaksanaan ‘id dan tidak juga shalatnya, dan tidak diperintahkan menunaikan manasik haji/umrah, karena orang junub itu masih memungkinkan baginya bersuci (pada saat itu juga) sehingga tidak ada uzdur meninggalkan thaharah (bersuci). Berbeda halnya dengan wanita haid karena hadatsnya itu tetap ada (selama darah haidnya keluar) sehingga selama itu tidak memungkinkan baginya menghilangkan hadatsnya dengan thaharah”……“Maka karena sebab udzur tersebut, dapat diketahuilah bahwasannya wanita haid itu mendapatkan keringanan yang tidak diberikan kepada orang yang junub.”

Wallahu a’lam

Diterjemahkan oleh: Mochammad Hilman Alfiqhy

Tinggalkan Balasan

%d blogger menyukai ini: