Bolehkan Mengikuti Akun Dakwah Yang Tidak Diketahui Keilmuan Adminnya

Assalamu’alaikum ustadz, perkenankan ana bertanya kembali terkait Manhaj.

Ustadz, apakah termasuk menyelisihi manhaj dalam belajar ?
Apabila mengikuti suatu akun dakwah salafi baik itu di Facebook, IG , atau grup WA yang kita sendiri tidak mengetahui apakah adminnya itu memiliki ketsiqohan dalam manhaj dan aqidahnya. Akan tetapi yang disampaikan adalah Qalallah, Qalarrasul, Qalashababah, dan qaul’ulama.

Mohon bimbingan dan arahannya Ustadz, agar kami ( para penuntut ilmu) tidak serempangan dalam mengambil ilmu syar’i.

Syukron ustadz.

Penanya: Rizky Muhammad. Usia : 21 tahun. Kesibukan : mengajar Tahfidz. Domisili : Bekasi

Pertanyaan di Grup Kajian Online Bandung

=========

Wa ‘alaikumus salam wa rahmatullah….

Alhamdulillah,

Para ulama Salaf dari dahulu -rahumahumullaah- mewanti-wanti agar kita berhati-hati dalam mengambil ilmu agama dari seseorang.

Imam Al Auza’i -rahumahullaah- pun menegaskan:

اعلموا أن هذا العلم دين، فانظروا ما تصنعون، وعن من تأخذون، وبمن تقتدون، ومن على دينكم تأمنون

 “Ketahuilah sesungguhnya ilmu ini adalah agama; maka perhatikanlah apa yang kalian perbuat dengannya, dari siapa kalian mengambilnya, kepada siapa kalian mengikuti, dan siapakah orang yang kalian percayai dalam perkara agama kalian!” [1]

 Apabila admin suatu akun dakwah belum diketahui latar belakangnya atau tsiqah tidaknya dalam hal ilmu agama, maka jangan dulu menganggapnya berilmu hanya karena mereka menyebarkan postingan dalil-dalil di media sosial karena belum tentu mereka memahami dalil tersebut. Zaman dahulu, kaum khawarij pun membawakan dalil Al-Quran untuk melegalkan pemberontaka mereka kepada Khalifah Ali bun Abi Thalib, sehingga Ali -radhuallahu ‘anhu- menimpali dalil mereka itu dengan mengatakan:

كلمة حق أريد بها باطل

“Itu adalah Kalimat yang haq, tetapi dimaksudkan (oleh khawarij itu) dengan maksud yang bathil!”[2]

 Terkait dengan dakwah, Syaikh Muhammad bin shalih Al-Utsaimin –rahimahullah– menjelaskan:

“Dakwah ini harus dengan ilmu Syar’i sehingga dakwah ini sesuai dengan ilmu dan Bashirah, karena Allah Ta’ala berfirman:

قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ

Artinya: Katakanlah: ‘Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan bashiirah (hujjah yang nyata), Maha suci Allah, dan aku tiada Termasuk orang-orang yang musyrik.’” (QS. Yusuf: 108)

Bashiirah tersebut masudnya adalah bahwa terhadap perkara yang sedang didakwahkan itu seorang da’i harus memiliki ilmu tentang hukum-hukum Syari’at, tentang metode dakwah, dan tentang keadaan orang yang hendak didakwahi.”[3] –selesai nukilan-

Maka dari itu, dalam dunia dakwah, kami melihat ada orang yang memahami hukum-hukum Syariat secara teoritis tetapi dalam berdakwah ia malah merusak dakwah yang telah dirintis oleh para da’i pendahulunya. Itu karena ia hanya mengetahui ilmu Syar’i, namun belum berilmu dalam hal metode dakwah atau tidak berilmu terhadap keadaan masyarakat yang akan didakwahinya.

Demikian halnya akun-akun medsos yang bertebaran saat ini yang mengklaim sebagai akun dakwah tidak serta merta dapat dipastikan adminnya telah layak berdakwah. Oleh karena itu, kita harus berhati-hati.

Syaikh Ibnu Utsaimin -rahimahullah- kembali menegaskan bahwa: “Maka orang yang jahil (bodoh terhadap ilmu dakwah tersebut) tidak layak berdakwah dan juga tidak terpuji. Jalannya bukanlah jalan Rasul –shallallahu ‘alaihi wa sallam-; karena orang Jahil itu lebih banyak merusak daripada memperbaiki.”[4]

Dan begitulah kenyataannya, kami melihat banyak kasus rusaknya dan kacaunya dakwah, diantaranya diakibatkan oleh akun-akun medsos yang tidak bijaksana tersebut.

Akan tetapi, tentu tidak semua akun itu merusak dakwah. Memang ada sebagiannya yang bagus dan bermanfaat, yaitu akun dakwah yang dikelola atau dibina oleh para thullab ‘ilmi (penuntut ilmu Syar’i) dan para ustadz yang telah berpengalaman dalam berdakwah, maka hendaklah cari informasi akun-akun medsos yang memiliki kriteria tersebut! Bahkan itu lebih utama dan lebih selamat serta sebagai solusi di zaman yang mana kita sangat sukar lepas dari penggunaan medsos sekarang ini agar kita tidak asal mengikuti akun yang tidak dikenal latar belakang adminnya.

Hal ini sebagaimana yang dikatakan Imam Muhammad bin Sirin –rahimahullah- :

إن هذا العلم دين فانظروا عمن تأخذون دينكم

“Sesungguhnya ilmu ini adalah agama; maka perhatikanlah dari manakah kalian mengambil ilmu agama kalian!”[5]

Dan demikian pula Imam Ibnu ‘Aun –rahimahullah- berpesan:

لا يؤخذ هذا العلم إلا ممن شهد له بالطلب

“Ilmu ini tidak boleh diambil kecuali dari orang yang telah dipersaksikan bahwa ia benar-benar telah Thalabul Ilmi (menuntut ilmu).”[6]

Wallaahu a’lam

Dijawab oleh: Ustadz Mochammad Hilman Alfiqhy

==========

Catatan Kaki:

[1]  Taariikhul Dimasyq, 6/361

[2]  HR. Muslim, kitaabuz Zakaah.

[3]  Syarhu Tsalaatsah Al Ushuul, 22.

[4]  Al Qaulul Mufid Syarhu Kitaab At Tauhiid, 1/130.

[5]   Muqaddimah Shahih Muslim

[6]   Al Kifaayah, 161

Tinggalkan Balasan

%d blogger menyukai ini: