“sebaik-baik ibadah manusia adalah yang beribadah dengan disertai nama-nama Allah dan sifat-sifatNya yang mampu diketahui manusia.” (Madaarijus Saalikiin, 1/420).
Maka itulah yang dimaksud dengan sabda Rasulullah–‘alaihimush shalaatu was salaam-:
Artinya: “Sesungguhnya Allah memiliki 99 nama yang indah, yaitu; seratus kurang satu. Barangsiapa yang menghitungnya (ahshaahaa) maka akan masuk Surga.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Kemuliaan suatu ilmu tergantung pada kemuliaan sesuatu yang dibahas dalam ilmu tersebut. Maka tidak diragukan lagi bahwasannya ilmu yang membahas tentang nama-nama Allah dan sifat-sifatNya merupakan seagung-agungnya ilmu; karena Allah adalah Tuhan semesta alam, Maha Pencipta langit dan bumi, Maha Raja yang Maha Benar Maha Nyata, yang disifati dengan Kemahasempurnaan dan Maha Suci dari segala kekurangan dan dari keserupaan kesempurnaanNya dengan makhluk.
Ilmu tentang nama-nama Allah dan sifat-sifatNya merupakan asal muasal segala ilmu;Oleh karena itu, orang yang mengenal Allah ta’ala maka akan mengenal hakikat segala sesuatu yang selain Allah. Sebaliknya,orang yang tidak mengenal Allah maka ia akan menjadi lebih
bodoh terhadap hakikat segala sesuatu yang selain Allah. Allah Ta’ala telah berfirman:
Artinya: “Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri…” QS. Al Hasyr: 19
Cinta dan kerinduan terhadap Allah tergantung pada ilmu mengenai nama-nama Allah dan sifat-sifatNya Subhaanahu wa Ta’aalaa; Oleh karena itu, semakin sempurna ilmu seseorang tentang Allah maka kecintaannya terhadap Allah semakin sempurna pula.
Begitu juga; semakin tinggi ilmu seorang hamba kepada Allah maka semakin besar pula rasa takutnya kepada Allah. Sebagaimana firmanNya:
Artinya: “…Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun” QS. Faathir: 28
Dan yang paling mengenal dan paling tinggi ilmunya tentang Allah adalah Rasulullah –shallallaahu ‘alaihi wa sallam-, maka beliau adalah orang yang paling takut dalam berbuat maksiat kepada Allah Ta’ala. Begitu juga para Shahabat Rasulullah yang mana mereka adalah generasi yang paling mengenal Allah dan paling berilmu tentang hak-hak Allah, maka mereka pun menjadi generasi yang paling takut terhadap Allah.
Oleh karena itu, Ibnu Mas’ud -radhiallahu ‘anhu- berkata:
“Sesungguhnya sekarang kalian mengerjakan suatu perbuatan yang kalian anggap lebih ringan daripada rambut, padahal dahulu kami di masa Rasulullah –shallallaahu ‘alaihi wa sallam-menganggap perbuatan tersebut termasuk hal-hal yang membinasakan!” (HR. Bukhari).
Itulah diantara buah yang dihasilkan dari Tauhid Asma wa Sifaat.
========
Diringkas dari kitab: Siitu Durar, halaman 26-24, karya Syaikh Abdul Malik Ramadhaniy.