Syarat-syarat Ikrar Kalimat Tauhid Agar Diterima

Pertanyaan: Bismillah… Semoga Alloh merahmati pak Ustad .”Laa ilaaha Illa Allah”,pak ustad syaratnya apa agar menjadi seorang yang bertauhid (muwahhid) ?
Jazaakillah khayran pak ustad jawabannya.

=============

الحمد لله رب العالمين، والصلاة والسلام على نبيه الصادق الأمين، نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين . . . وبعد :

Agar seseorang menjadi Muwahhid (ahli Tauhid) yang hakiki tentu bukan hanya mengucapkan kalimat tauhid: Laa ilaaha illallaah denga lisan semata, namun harus memenuhi Syarat-syaratnya. Seandainya manafaat kalimat Tauhid tersebut hanya cukup diucapkan dengan lisan, tentu orang-orang Munafiq di masa Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam akan selamat dari ancaman Neraka, namun justru kaum munafiq tersebut diancam dengan dijerumuskan ke dalam kerak neraka walapun mereka telah mengucapkan kalimat Tauhid di hadapan Rasulullah karena tujuan merka adalah mengelabui beliau.
Adapun syarat-syarat kalimat Tauhid yang telah dirangkum oleh para Ulama yang bila kita penuhi semuanya maka akan menjadikan kita seorang yang muwahhid sehingga diridhai Allah dan bermanfaat di dunia dan akhirat adalah sebagai berikut:

1. Ilmu
Yakni berilmu atau faham tentang makna kalimat Tauhid: laa ilaaha illallaah, dan tentang apa-apa yang bisa menafikannya serta yang bisa menetapkannya. Ilmu itulah yang akan menghilangkan kebodohan tentang kalimat tauhid tersebut.

Oleh karena itu, Allah Ta’ala berfirman:
{ إِلا مَن شَهِدَ بِالْحَقِّ وَهُمْ يَعْلَمُونَ }
“….Melainkan orang yang mengakui yang hak (tauhid) DAN MEREKA MEMAHAMI/MEYAKINI(NYA)” QS. Az Zukhruf: 86.
Yaitu “mengakui” terhadap Laa ilaaha illallaah, “dan mereka memahami/meyakini(nya)” dengan hati-hati mereka tentang apa yang mereka akui dengan lisan-lisan mereka. Seandaiya seseorang mengucapkan kalimat Tauhid itu dengan tanpa mengetahui maknanya maka itu tidak akan bermanfaat, karena ia tidak meyakini apa yang ditunjukan dan yang dimaksud oleh kalimat Tauhid tersebut.

 

2. Yakin
Yakni; orang yang mengucapkan kalimat Tauhid; Laa ilaaha illallaah, harus yakin terhadap maksud dari kalimat tersebut. Dan bila ia ragu terhadap kandungan kalimat Tauhid tersebut maka kalimat tersebut tidak akan ada manfaatnya baginya. Oleh karena itu Allah mensifati orang-orang Mukmin adalah:

 { إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا }

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, KEMUDIAN MEREKA TIDAK RAGU-RAGU…” QS. Al Hujura: 15

Apabila orang yang mengucapkannya ragu-ragu maka ia adalah munafiq. Rasulullah bersabda:
( من لقيتَ وراء هذا الحائط يشهد أن لا إله إلا الله مستيقنًا قلبه فبشره بالجنة ) [ الحديث في الصحيح ]
“Barangsiapa yang kau jumpai di belakang dinding ini ada orang yang bersaksi: Laa ilaaha illallaa (tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah) dengan hati yang yakin maka berilah ia kabar gembira dengan Surga!” HR. Shahih Muslim.
Jadi, barangsiapa yang hatinya belum meyakini kalimat Tauhid tersebut maka tidak berhak masuk Surga.

3. Menerima
Yakni, menerima konsekuensi kalimat Tauhid tersebut; diantaranya harus beribadah hanya kepada Allah saja dan meninggalkan ibadah kepada selainNya. Dan barangsiapa yang mengatakan kalimat tersebut tanpa menerima konsekuensinya dan tanpa berkomiten dengannya maka ia termasuk pada ayat:

{ إِنَّهُمْ كَانُوا إِذَا قِيلَ لَهُمْ لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ يَسْتَكْبِرُونَ * وَيَقُولُونَ أَئِنَّا لَتَارِكُوا آلِهَتِنَا لِشَاعِرٍ مَّجْنُونٍ }
“ Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: “Laa ilaaha illallah” (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah) mereka menyombongkan diri, [] dan mereka berkata: “Apakah Sesungguhnya Kami harus meninggalkan sembahan-sembahan Kami karena seorang penyair gila?” QS. Ash Shaafaat: 35-36

Ini bagaikan keadaan para penyembah kubur di zaman ini, merka mengatakan Laa ilaaha illaallaah, akan tetapi mereka tidak meninggalkan penyembahan terhadap kuburan, maka mereka itu tidak menerima konsekwensi makna Laa ilaaha illallaah.

 

4. Tunduk patuh

Tunduk terhadap kandungan kalimat Tauhid: laa ilaaha illallaah. Sebagaimana firman Allah ‘azza wa Jalla:

{ وَمَن يُسْلِمْ وَجْهَهُ إِلَى اللَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى }
“ dan Barangsiapa yang MENYERAHKAN WAJAHNYA kepada Allah, sedang Dia orang yang berbuat kebaikan, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada BUHUL TALI YANG KOKOH…” QS. Lukman: 22

“Buhul tali yang kokoh” itu adalah kalimat Tauhid Laa ilaaha illallaah. Dan maksud dari “menyerahkan wajahnya” adalah patuh pada Allah dengan ikhlas.

 

5. Jujur
Yakni mengucapkan kalimat Tauhid tersebut dengan hati yang jujur membenarkannya. Apabila mengucapkannya dengan lisan dengan tanpa hati yang jujur membenarkannya maka ia adalah munafiq yang pendusta. Allah Ta’ala berfirman:

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ آمَنَّا بِاللَّهِ وَبِالْيَوْمِ الْآخِرِ وَمَا هُمْ بِمُؤْمِنِينَ (8) يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلَّا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ (9) فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ اللَّهُ مَرَضًا وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ (10

“Di antara manusia ada yang mengatakan: ‘Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian’, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.[] MEREKA HENDAK MENIPU ALLAH DAN ORANG-ORANG YANG BERIMAN, Padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. [] Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.” QS. Al Baqarah: 8-10

 

6. Ikhlas
Yakni, menbersihkan amalan dari berbagai unsur-unsur kesyirikan, yaitu dengan mengucapkan kalimat Tauhid tersebut bukan dengan tujuan mendapat balasan duniawi, dan bukan karena riya serta bukan karena sum’ah (beramal karena ingin didengar dan dipuji orang lain).
Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits shahih:

( فإنَّ الله حرّم على النار من قال : لا إله إلا الله، يبتغي بذلك وجه الله ) [ الحديث أخرجه الشيخان ] .
“Sesungguhnya Allah telah mengharamkan Neraka bagi orang yang mengucapkan Laailaaha illallaah, dengan mengharapkan wajah Allah.” HR. Bukhari dan Muslim.

 

7. Cinta
Yakni, cintai terhadap kalimat Tauhid tersebut dan terhadap kandungan kalimat tersebut serta terhadap orang-orang yang mengamalkan kalimat Tauhid tersebut. Allah Ta’ala berfirman:

{ وَمِنَ النَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ اللَّهِ أَندَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ آمَنُواْ أَشَدُّ حُبًّا لِّلَّهِ }
“ dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman Amat sangat cintanya kepada Allah…” QS. Al Baqarah: 165

Orang yang mengamalkan Laa ilaaha illallaah mencintai Allah dengan kecintaan yang murni, sedangkan para pelaku kesyirikan mencintai Allah disertai penyekutuan dengan kecintaan terhadap selainNya, maka inilah yang akan menafikan meniadakan konsekuensi/kandungan makna Laailaaha illallaah.

 

Tujuh hal itulah yang menjadi Syarat –syarat kalimat Tauhid Laa ilaha illallah, sebagaiana yang disebutkan oleh para Ulama, diantaranya oleh Syaikh Shalih Al Fauzan haizhahullah dalam kitabnya Aqiidah At-Tauhiid.

 

Waalaahu ‘alam.

 

========

ditulis oleh: Muhammad Hilman Alfiqhy
pembina Grup WA Kajian Muslimah, Bandung.

Tinggalkan Balasan

%d blogger menyukai ini: