🔖 Bagimana cara menanamkan Tauhid pada anak-anak?
🔖 Haruskah anak-anak dipaksa dilatih melakukan ibadah sunah?
🔖 Bolehkah mengiming-imingi anak dengan hadiah dalam mendidik shalat?
🔖 Apakah dampaknya bila anak dimotivasi beribadah dengan iming-iming hadiah?
🔖 Bagaimana cara bersikap tegas dalam mendidik anak untuk beribadah?
=================
Rasulullah –shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مُـرُوْا أَوْلاَدَكُمْ بِالصَّـلاَةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِيْنَ، وَاضْرِبُوْهُمْ عَلَيْهَا، وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ، وَفَرِّقُوْا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ.
“Suruhlah anak kalian shalat ketika berumur 7 tahun, dan kalau sudah berusia 10 tahun meninggal-kan shalat, maka pukullah ia. Dan pisahkanlah tempat tidurnya (antara anak laki-laki dan anak wanita).”[4]
# Penerapan hadits tersebut telah dijelaskan pada fatwa Syaikh Prof. Dr. Sulaiman Al-Ruhaily –hafizhahullah– ketika ditanya oleh seorang ibu mengenai; apakah anak kecil umur 7 tahun harus dipaksa melaksanakan shalat wajib 5 waktu serta shalat sunah fajar dan witir?
# Maka beliau menjawab:
“Tidak! Kita jangan memaksanya shalat Subuh maupun shalat fajar (sebelum shalat subuh). Kita jangan memaksanya melaksanakan yang fardhu (wajib) maupun yang sunah!
Akan tetapi, kita berikan motivasi kepadanya dalam melaksanakan ibadah fardhu. Maka kita menyuruhnya dengan perintah yang memotivasi; bukan perintah yang memaksa; bukan pula perintah yang mengandung kekerasan!
(Misalnya, kita katakan: )
‘Shalatlah! karena orang yang shalat akan dicintai Allah.’
‘Shalatlah! karena orang yang shalat akan dimasukkan oleh Allah ke Surga’
‘Shalatlah! agar Allah meridhai ayahmu ini…’
Dan, kami memperingatkan dari apa yang dilakukan oleh sebagian orang; berupa menggantungkan hati anak (saat memotivasi beribadah) kepada duniawi! Ini bertentangan dengan metode Tarbiyah (pendidikan) yang benar.
(Misalnya dengan mengatakan: )
‘Shalatlah! nanti ku beri manisan buat kamu.’
‘Bila kamu shalat hari ini, nanti ku beri uang beberapa Riyal.’
Cara tersebut justru akan menyebabkan anak itu beribadah dengan tujuan duniawi!
Akan tetapi, tidak apa-apa bila Anda mengatakan padanya:
‘Shalatlah! dan bila kau shalat; semoga nanti Allah memberiku petunjuk untuk memberimu beberapa uang Riyal…’
Lalu, saat anak itu telah shalat, Anda katakan padanya: ‘Sungguh Allah telah memberiku petunjuk sehingga Aku memberimu beberapa uang Riyal ini. Itu karena Allah ridha terhadap shalatmu itu.’
Boleh juga Anda motivasi anak dengan sesuatu yang ia sukai. Tetapi Anda jangan menjadikan hatinya bergantung kepada duniawi.
Yakni, tatkala Anda memberi (hadiah) duniawi, maka jadikanlah pemberianmu itu sebagai jalan untuk mendekatkan anak tersebut kepada Allah; yakni eratkanlah hubungan anak dengan Allah -Subhanahu wa Ta’ala-. Maka, selama 3 tahun, (7 sampai 10 Tahun), seluruh masa tersebut adalah pendidikan dengan motivasi seperti itu.
Karena itu, terhadap anak yang telah berumur 8 tahun tatkala tidak shalat maka Anda tidak boleh mengatakan: ‘Jika kamu tidak shalat maka kamu Kafir!’
Namun, tidak apa-apa apabila Anda mengatakan:
‘Wahai ananda, camkanlah! bahwa seluruh orang Islam itu harus melaksanakan shalat.’
‘Orang-orang yang yang tidak shalat, berarti mereka itu tidak mencintai Allah.’
Lain halnya, tatkala Anda melakukan kekerasan kepada anak dalam hal ini, seperti mencelanya, membentaknya, maka ini tidak disyari’atkan! (Tidak boleh dalam syari’at Islam!)
Lakukanlah perintah-perintah yang memotivasi;
Yakni: diawali dengan kita motivasi anak untuk melaksanakan yang fardhu (wajib). Kemudian setelah itu, kita motivasi ia terhadap hal-hal yang sunah hukumnya. Dilakukan dengan bertahap agar tidak membuatnya meresa berat dan bosan (karena diharuskan mengerjakan yang wajib dan yang sunat sekaligus), kemudian kita memotivasinya untuk pergi ke masjid, lalu kita mengajarkannya.
Anak-anak itu selalu mempelajari.
Sekitar dua atau tiga pekan lalu, saat Saya berada di dalam mobil sendirian, lalu Saya bersin, dan saya ucapkan Alhamdulillah (dengan pelan). Tiba-tiba datang anak kecil dari kejauhan, umurnya sekitar di bawah 7 tahunan, lalu ia diam di sampingku dan bertanya: ‘Kenapa engkau tidak mengucapkan Alhamdulillah?’
Hal itu karena orang tua anak tersebut telah mengajarkannya mengucapkan Alhamdulillah bila bersin, tetapi saat itu ia mendengar Saya bersin; namun ia tidak mendengar Saya mengucapkan Alhamdulillah. Maka anak itu pun datang kepada Saya dan bertanya seperti itu karena ia tidak mendengar Saya mengucapkan Alhamdulillah.
Begitulah anak-anak, fikiran mereka itu selalu mempelajari (keadaan sekelilingnya). Kitalah yang menanamkan pengajaran kepada mereka. Apabila kita tanamkan kebohongan; maka mereka pun belajar berbohong, dan apabila kita tanamkan kejujuran dan kebaikan, maka mereka akan belajar berbuat jujur dan kebaikan.
Akan tetapi, hati mereka tidak bisa nerima jika disakiti, maka Janganlah Anda menyakitinya! Janganlah Anda menyakiti hatinya dengan kata-kata dan janganlah Anda menyakitinya dengan pukulan! (Tetapi teruslah lakukan metode pendidikan motivasi anak) sampai ia berumur 10 tahun.
Apabila anak telah berumur 10 tahun, dan Anda tidak menyia-nyiakan pendidikan selama periode 3 tahun tersebut (dari sejak anak umur 7 sampai 10 tahun), selama itu pun Anda telah berusaha menggunakan metode yang benar, seperti mengucapkan: ‘Nak, shalatlah, karena Allah mencintai orang yang shalat…’ Anda benar-benar telah berusaha seperti itu.
Namun kemudian, apabila ia telah mencapai umur 10 tahun, ternyata anak anda belum juga mau melaksanakan shalat; maka silahkan mulailah Anda memukulnya dengan pukulan yang tidak melukainya.
Akan tetapi, apabila selama priode 3 tahun tersebut Anda hanya diam; tanpa memerintahkannya shalat, yakni dari sejak anak Anda umur 7 tahun; Anda tidak menyuruhnya shalat sampai umur 10 tahun, lalu saat anak Anda telah berumur 10 tahun; tiba-tiba Anda menyuruhnya shalat dengan cara memukulnya menggunakan tongkat! yakni Anda hanya memanfaatkan pukulan tongkat dalam mendidiknya shalat! Sedangkan Anda telah meninggalkan kewajiban mendidiknya dengan cara lemah lembut!?
Padahal seharusnya, anak kecil yang berumur 7 tahun, kita memulainya dengan perintah yang mengandung motivasi, itu pun dengan bertahap, dan tanpa membuatnya bosan. Berusahalah agar menjadikan anak selalu terkait hatinya dengan shalat dan cinta shalat. Kita pun harus bertahap dalam melakukannya.
Setelah itu, kemudian kita berpindah memerintah anak melakukan perkara sunah rawatib yang mu-akkadah (yang paling ditekankan) dahulu, yakni shalat sunat fajar dan witir. Kemudian berpindah lagi kepada memerintahkan sunat rawatib yang tidak terlalu ditekankan, kemudian selanjutnya memerintahnya shalat malam.
Betapa baiknya, andaikata kita menyuruh anak melakukan sunnah-sunnah tersebut dengan cara kita mencontohkannya dengan mempraktikannya, maka inilah yang lebih meresap bagi anak dan juga cara yang lebih baik. Misalnya: kita bawa anak ke masjid untuk melaksanakan shalat fardhu, lalu tatkala pulang; kita lakukan shalat sunat, dan setelah itu kita katakan: ‘wahai anakku, ini adalah Sunnah Nabi.’
Metode ini lebih meresap ke hati anak, daripada hanya sekedar kata-kata. Memang perkataan itu adalah dakwah, namun bila disertai dengan dakwah perbuatan maka tentu itu sangat lebih berpengaruh dan lebih baik.”
-Selesai transkrip-
=====================
📼Sumber: https://youtu.be/0aIKHL-wAaI
🌐Alih bahasa: Mochammad Hilman Alfiqhy