Sejarah Mencatat Bahwasannya Kebanyakan Pemberontakan Yang Dilakukan Sebagian Kaum Muslimin Di Suatu Negeri Justru Malah Menghasilkan Kehancuran Yang Lebih Besar Pada Negeri Tersebut!
Abul Harits berkata pada mereka : “Aku bertanya kepada Abu Abdilllah, yakni Imam Ahmad bin Hambal, mengenai perkara yang terjadi di Baghdad dan mengenai keinginan suatu kaum untuk memberontak; ‘Apakah pendapatmu mengenai pemberontakan bersama mereka itu?'”
Lalu Imam Ahmad mengingkari hal tersebut dan ia berkata : “Subhhanallah!! Darah! Darah! Aku tidak sependapat dengan mereka dan Aku pun tidak memerintahkan hal itu! Kesabaran terhadap apa yang kita rasakan ini lebih baik dari pada terjadinya fitnah (kekacauan akibat memberontak) yang padanya darah akan tertumpah, harta-harta dirampas, dilanggarnya perkara-perkara haram. Tidakkah kau tahu apa yang akan manusia alami di dalamnya!? Yakni, di hari-hari fitnah (kekacauan) itu.”
Lalu aku (Abul Harits) katakan: ‘Bukankah justru mereka sekarang ini berada dalam fitnah (baca: dipimpin pemimpin yang zalim), wahai Abu Abdillah?’
ia menjawab : “Walau demikian, sesungguhnya itu adalah fitnah yang khusus (menimpa orang-orang tertentu) saja, sedangkan apabila pedang terhunus (dengan pemberontakan) maka fitnah itu akan semakin meluas dan jalan-jalan terputus! Kesabaran atas hal ini (untuk tidak memberontak) serta selamatnya agamamu adalah lebih baik bagimu.”
-selesai nukilan-(kitab: As-Sunnah, karya Abu Bakar Al- Khallal, 1/132,133. No.89).
Syaikul Islam Ibnu Taimiyah –rahimahullah- berkata:
“Yang masyhur dari mazhab Ahlus sunnah bahwasannya mereka tidak berpendapat bolehnya memberontak terhadap para penguasa dan tidak pula membolehkan memerangi mereka dengan pedang walau pun mereka (baca: para penguasa) memiliki kedzaliman, sebagimana larangan tersebut telah ditunjukan oleh hadits-hadits shahih yang banyak dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Hal itu karena kerusakan yang dihasilkan karena peperangan dan fitnah (kekacauan) jauh lebih besar daripada kejelekan yang dihasilkan dari kedzaliman para penguasa yang tidak disertai adanya perang dan fitnah (kekacauan). Maka, hendaklah keburukan yang lebih besar tersebut dihindari dengan cara memilih keburukan yang lebih ringan (bila tidak ada pilihan lain).
Dan HAMPIR-HAMPIR TIDAK ADA SUATU KELOMPOK PUN YANG MEMBERONTAK TERHADAP PENGUASA KECUALI PADA PEMBERONTAKKANNYA ITU MALAH MENGHASILKAN KEBURUKAN YANG JAUH LEBIH BESAR DARI PADA KEJELEKAN YANG HENDAK MEREKA SINGKIRKAN.”
-selesai nukilan- (kitab: Minhaj Assunnah Annabawiyyah, 3/390, cet. Jaami’ah Al Imam Muhammad bin Su’sud Al Islamiyah).
Baca juga artike: Tahapan Dakwah Rasul Sehingga Mencapai Kemenangan
Ditulis Oleh: Mochammad Hilman Al Fiqhy