Bid’ah Yang Dianggap Sepele Justru Akan Menjerumuskan Pada Kesesatan Yang Fatal

 

Ketika Anda membaca kisah berikut ini, maka insya Allah akan Anda rasakan dan akan Anda sadari betapa berbahayanya penyimpangan dalam masalah agama. Walau pun sekecil apapun penyimpangan itu, walau pun logika dan perasaan kita menganggapnya baik, namun bila jelek menurut Allah dan RasulNya maka itu pun merupakan suatu penyimpangan!

Mari kita simak kisah penuh hikmah ini:

Abu Musa mengabarkan kepada Abdullah bin Mas’ ud radhiallahu ‘anhuma:
“Aku melihat di masjid, sekelompok orang yang (duduk) melingkar sambil menunggu shalat, setiap lingkaran ada seorang (pemandu) nya dan tangan-tangan mereka membawa kerikil, lalu si (pemandu) berkata: ‘ucapkanlah takbir seratus kali’ dan mereka pun bertakbir seratus kali, ‘dan ucapkanlah tahlil seratus kali’ lalu mereka pun bertahlil seratus kali, ‘dan ucapkanlah tasbih seratus kali’ lalu mereka pun mengucapkan tasbih seratus kali.”

Abu Abdurrahman (Abdullah bin Mas’ ud) bertanya:
“Lantas apa yang telah kau katakan kepada mereka?”

Abu Musa menjawab:
“Aku belum berkata apa pun kepada mereka, karena aku menunggu pendapatmu atau perintahmu”.

Abu Abdurrahman berkata:
“Tidakkah sebaiknya kamu perintahkan saja mereka untuk menghitung dosa-dosa mereka, serta kamu jamin bahwa kebaikan mereka tidak akan hilang!?”

Kemudian Abu Abdurrahman beranjak dan kami pun beranjak bersamanya, hingga ia sampai di lokasi jama’ah dzikir yang diceritakan padanya.Ia berdiri di hadapan mereka, dan berkata:
“Apa yang sedang kalian lakukan?”

Mereka menjawab:
_”Wahai Abu Abdur Rahman, ini adalah batu-batu kerikil untuk menghitung takbir, tahlil dan tasbih.”_

Abu Abdurrahman berkata:
“Hendaklah kalian menghitung dosa-dosa kalian (saja), aku menjamin amal kebaikan kalian tidak akan hilang, celakalah kalian wahai umat Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam! Alangkah cepatnya masa kehancuran kalian, padahal mereka para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam masih banyak, dan baju beliau belum lusuh, juga periuk beliau belum pecah, demi Dzat yang jiwaku berada di genggaman tanganNya, sesungguhnya kalian seakan-akan merasa memiliki agama yang lebih baik dari agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, atau kalian sengaja hendak membuka pintu kesesatan!??”

Mereka menjawab:
“Demi Allah wahai Abu Abdur rahman kami tidak menginginkan kecuali kebaikan.”

Abu Abdurrahman menjawab:

” Berapa banyak orang yang menginginkan kebaikan tetapi ia tidak dapat mencapainya, sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah menceritakan kepada kami bahwa ada satu kaum yang membaca Al Qur`an namun tidak melampaui tenggorokan mereka! Demi Allah, aku tidak tahu mungkin saja mayoritas mereka itu adalah dari kalian”.

Abu Abdurrahman lantas berpaling dari mereka.

‘Amr bin Salamah (tabi’in, perawi kisah ini) berkata:
” Kami melihat kebanyakan dari yang berada di kelompok jama’ah dzikir tersebut dihari selanjutnya mencaci-maki kami pada hari (perang) Nahrawan bersama orang-orang khawarij !”

Diriwayatkan dalam Sunan Ad-Darimi, no. 206.

Perhatikanlah,
Ketika suatu amalan itu seakan baik menurut perasaan dan logika kita, maka belum tentu amalan itu baik menurut Allah dan RasulNya, dan bila Allah dan RasulNya tidak meridhai amalan kita maka ketahuilah bahwa amalan itu justru akan berbuah kesesatan di dunia dan di akhirat.

Betapa benarlah sabda Rasulullah shallallahu ‘ alaihi wa sallam yang sering beliau ulang-ulang dalam khutbahnya:

وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الأُمُورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ»

“Dan hati-hatilah kalian terhadap perkara-perkara baru (dalam amalan agama)!! *karena semua perkara baru (dalam agama) adalah bid’ah dan semua bid’ah adalah kesesatan.”* [HR Abu Dawud, no. 4069].

Betapa benarlah firman Allah Ta’ala:

فَلَمَّا زَاغُوا أَزَاغَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ ۚ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ

“Maka *tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah pun memalingkan hati mereka;* dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik.” [QS. Ashshaf: 5].

وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَىٰ وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّىٰ وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ ۖ وَسَاءَتْ مَصِيرًا

“Dan barangsiapa yang *menentang Rasul* sesudah jelas kebenaran baginya, *dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu* dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali.” [QS. Annisa:115]

===============================

Oleh : M. Hilman Alfiqhy
Cilembu, 6 Syawal 1437 H.

Tinggalkan Balasan

%d blogger menyukai ini: