“Aku seandainya sepakat dengan kalian maka aku kafir; karena aku mengetahui bahwa perkataan kalian sebenarnya adalah kekufuran! Sedangkan kalian menurutku tidak kafir; karena kalian adalah orang-orang bodoh!”
Begitulah tutur Ibnu Taimiyah -rahimahullah- ketika beradu argumen dengan Ulama-ulama yang terjerumus pada kesesatan dan bahkan kekufuran.
Perhatikanlah, pada kasus tersebut Ibnu Taimiyah-lah yang berusaha menegakkan hujjah, yang tentunya mampu menjelaskan dengan dalil-dalil yang kuat dan terang. Sedangkan, yang menjadi sasaran penegakkan hujjahnya adalah ulama, bukan orang awam!
Akan tetapi, beliau tetap mencari udzur bagi lawan debatnya itu…
Untuk lebih mengetahui latar belakang sikap beliau itu, mari kita perhatikan penuturan beliau sendiri mengenai kejadian tersebut.
Syaikhul Islam IbnuTaimiyah -rahimahullah- berkata:
“Sungguh telah tegas dalam dua kitab shahih (Bukhari dan Muslim) terdapat hadits; orang yang berkata kepada keluarganya:
《 Apabila aku mati maka hancurkanlah (jasad)ku kemudian tebarkanlah jasadku di lautan. Demi Allah! Seandainya Allah sanggup padaku maka sungguh Dia akan menyiksaku dengan siksaan yang belum pernah ditimpakan kepada siapapun di alam semesta ini!’
Maka Allah memerintahkan bumi untuk mengembalikan apa yang telah ia ambil dari jasadnya dan memerintahkan laut untuk mengembalikan apa yang telah ia ambil dari jasadnya, lalu Allah berfirman: _’Apakah yang membawamu pada apa yang kau lakukan itu!?’_ Dan ia menjawab: *’Ketakutan terhadap Engkau ya Rabb….’* Maka Allah pun mengapuninya.》
Orang ini telah berkeyakinan bahwa: *jika dia melakukan hal tersebut maka Allah tidak mampu menyusun kembali jasadnya, bahwa Allah tidak akan mengembalikannya atau telah membolehkan hal tersebut. Padahal kedua (keyakinan tersebut) merupakan kekufuran! Akan tetapi, orang tersebut bodoh, belum jelas baginya kebenaran* -dengan penjelasan yang akan dikufurkan bila dia masih menyelisihinya-, makanya Allah pun mengampuninya.
Oleh karena itu, pernah aku mengatakan kepada kelompok Jahmiyah dari sekte Al Hululiyah dan sekte An Nufaat ; -yang mana mereka menafikan bahwa Allah ta’ala di atas Arsy-, ketika terjadi ujian mereka itu (aku katakan):
أنا لو وافقتكم كنت كافراً لأني أعلم أن قولكم كفر، و أنتم عندي لا تكفرون لأنكم جهّال.
*AKU SEANDAINYA SEPAKAT DENGAN KALIAN MAKA AKU KAFIR; karena aku mengetahui bahwa perkataan kalian sebenarnya adalah kekufuran! Sedangkan KALIAN MENURUTKU TIDAK KAFIR; KARENA KALIAN ADALAH ORANG-ORANG BODOH!*
💡Ini adalah ucapan yang ditujukan kepada ULAMA-ULAMA MEREKA, HAKIM-HAKIM MEREKA, SYAIKH-SYAIKH MEREKA, DAN PEMIMPIN-PEMIMPIN MEREKA.. Sedangkan *asal muasal kebodohan mereka adalah syubhat akal yang ada di kepala mereka* dalam kepicikan pengetahuan terhadap dalil-dalil manqul yang shahih dan dalil-dalil ma’qul (akal) yang terang yang selaras dengan dalil manqul tersebut.” *-selesai nukilan- (Ar Rad ‘alal Bakriy, 2/494).*
▶ Begitulah sifat Ahlus Sunnah al Jamaah, mereka itu sebagaimana yang disifatkan oleh Ibnu Taimiyah itu sendiri:
“…mereka (Ahlus Sunnah) itu paling tahu kebenaran dan paling penyayang terhadap makhluk.” (kitab: Minhaj Assunnah Annabawiyyah, 5/158)