Al Haafidz Ibnu Hajar Al Atsqalaniy –rahimahullah- dalam Fathul Baari ketika menjelaskan maksud Imam Bukhari dalam mencantuman Bab: Tentang Apa Yang Dikatakan Di Saat Gempa Bumi Dan Tanda-Tanda Besar Kekuasaan Allah (baca: Al-Aayaat) ( باب: ما قيل في الزلازل والآيات ) berkata:
“….Telah dikatakan bahwasannya tatkala berhembusnya angin yang sangat kencang melazimkan adanya ketakutan yang menghantarkan pada sikap khusyuk dan inabah (baca: kembali mendekatkan diri kepada Allah) maka gempa bumi dan yang lain sebagainya yang berupa munculnya tanda-tanda besar kekuasaan Allah (baca: Aayaatullaah); lebih layak untuk disikapi demikian. Apalagi telah ada nash dari khabar hadits bahwa kebanyakan gempa bumi merupakan bagian dari tanda-tanda kiamat.
Zubair bin Muniir berkata: “Segi pendalilan dari judul pembahasan ini pada Bab-bab tentang istisqa’ bahwasannya adanya gempa bumi dan yang sebagainya biasanya terjadi bersamaan dengan turunnya hujan sedangkan telah dibahas bahwa ada doa khusus untuk turun hujan; maka itu berarti penulis kitab shahih Bukhari hendak menjelaskan bahwa berdasarkan persyaratan penulis; dalam hal ini tidak ada sedikitpun pendapat yang sah yang mengatakan adanya doa tertentu ketika terjadi gempa bumi dan sebagainya.”
–selesai nukilan- (Fathul Baari, cet. daarul hadiits, 2/598).
Lalu apakah yang seharusnya kita lakukan ketika terjadi gempa bumi dan bencana lainnya?
Ketika memberikan nasihat mengenai musibah gempa bumi, Syaikh Ibnu Baz –rahimahullah- berkata:
“….yang diwajibkan ketika terjadi gempa bumi dan tanda-tanda (aayaat) kekuasaan Allah, serta ketika terjadi gerhana, angin yang sangat kencang, dan banjir adalah bersegera bertaubat kepada Allah Yang Maha Suci, merendahkan diri kepadaNya, meminta ‘afiyah (kesejahteraan), dan memperbanyak dzikir kepadaNya serta istighfar (memohon ampun). Sebagaimana sabda Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- ketika terjadi gerhana:
فإذا رأيتم ذلك فافزعوا إلى ذكر الله ودعائه واستغفاره
Artinya: “Apabila kamu sekalian melihat hal seperti itu maka bersegeralah berdzikir kepada Allah, berdoa padaNya, dan meminta ampun padaNya!” Muttafaqun ‘alaihi.
Dan pada saat itu disukai juga mengasihi kaum faqir dan miskin, serta bersedekah kepada mereka. Karena sabda-sabda Nabi –shallallahu ‘alaihi wa sallam- :
ارحموا ترحموا
Artinya: “berbelaskasihlah kalian maka kalian akan dikasihi.” (HR. Ahmad).
Dan beliau bersabda:
الراحمون يرحمهم الرحمن ، ارحموا من في الأرض يرحمكم من في السماء
Artinya: “Orang-orang yang berbelaskasih akan dikasihi/dirahmati oleh Allah Ar Rahmaan (yang Maha Pengasih). Sayangilah oleh kalian yang ada di bumi maka yang di langit akan menyayangi kalian!” (HR. Tirmidzi).
من لا يرحم لا يرحم
Artinya: “Orang yang tidak penyayang maka dia tidak akan disayangi.” HR. Bukhari.
Dan diriwayatkan dari Umar bin Abdul ‘Aziz –rahimahullah- bahwasannya ia dahulu menulis (perintah) kepada para amirnya ketika adanya gempa bumi agar hendaklah mereka bersedekah.
–selesai Nukilan- (Majmu Fataawaa Ibn Baz, 9/152)
========
Ditulis oleh: Muhammad Hilman Al Fiqhy
pembina Grup WA Kajian Muslimah, Bandung.